Road Show AgResults Dorongkan Adopsi Teknologi di Kalangan Pembudidaya Lampung
Pada 19 September 2024, 68 pembudidaya skala kecil dari perwakilan 8 desa di Kampung Bumi Dipasena berkumpul di Perhimpunan Petambak Pembudidaya Udang Wilayah (P3UW) Lampung untuk mendapatkan informasi terkait adopsi teknologi budidaya udang untuk membantu meningkatkan produksi budidaya dan meminimalisir penyakit dengan cara menjaga kualitas air. Kegiatan ini merupakan rangkaian road show kedua yang diselenggarakan oleh Project Manager WWF-Indonesia pada kompetisi Tahun ke-4 AgResults Indonesia Aquaculture Challenge Project. Road show ini mendukung tujuan dari AgResults, kompetisi berhadiah dengan skema Pay-for-Results, untuk melibatkan sektor swasta dan mempromosikan adopsi teknologi serta pendampingan teknis di kalangan pembudidaya skala kecil.
Budidaya udang tidak terhindar dari berbagai tantangan besar, salah satunya adalah ancaman penyakit. Penyakit AHPND (Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease) dan EHP (Enterocytozoon hepatopenaei) telah menjadi ancaman serius bagi produksi budidaya. Kedua jenis penyakit ini merugikan petambak dengan adanya penurunan produksi, biaya produksi tinggi, ataupun gagal panen. Untuk itu, dalam road show ini pembudidaya berkesempatan berdiskusi dengan para ahli untuk membahas seputar peranan teknologi, pengelolaan kualitas air dan penyakit untuk peningkatan produksi budidaya udang.
Pada kegiatan road show, Coco Kokarkin, anggota dari Forum Udang Indonesia (FUI) dan Technical Advisory Committee (TAC) AgResults Indonesia memperkenalkan teknologi Tradisional Plus, sebuah pendekatan untuk meningkatkan produktivitas budidaya tradisional dengan input teknologi sederhana maupun dengan metode penggelondongan untuk mempersingkat waktu pemeliharaan di petak pembesaran sehingga akan mengurangi resiko kerugian karena serangan penyakit. Teknologi ini dirasa sesuai diterapkan di Dipasena dimana para petambak melakukan penebaran benih udang secara semi-intensive dengan masalah penyakit yang dihadapi semenjak tahun 2021. Para peserta juga membahas langkah-langkah praktis untuk membantu pembudidaya skala kecil mengatasi penyakit di tambak udang.
Pengelolaan penyakit AHPND dan EHP pada budidaya udang memerlukan pendekatan yang melibatkan manajemen air, pakan, dan biosekuriti yang ketat. Pemantauan kualitas air secara berkala, penggunaan probiotik, dan penggunaan benur bebas penyakit juga menjadi kunci keberhasilan.
Kepala Dinas Perikanan Lampung, Fridudin, menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan road show ini, "Kami menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya untuk WWF-Indonesia karena telah menyelenggarakan acara ini. Kami harap adanya kegiatan ini bisa menambah pengetahuan untuk meningkatkan produksi budidaya udang, khususnya vannamei," ujarnya.
Selain memberikan seminar kepada para petambak, road show ini juga berfungsi sebagai wadah interaktif antara kompetitor dan pembudidaya skala kecil. Para pembudidaya memiliki kesempatan untuk berdiskusi langsung dengan para kompetitor, yang menawarkan berbagai inovasi teknologi dan pendampingan teknis budidaya. Melalui diskusi ini, kompetitor dapat mendorong para pembudidaya untuk menggunakan produk-produk yang ada guna meningkatkan produktivitas budidaya tambak.
Sejumlah delapan kompetitor hadir dalam road show ini, yaitu CV Asia Cahaya Teknik Prima, PT Banoo Inovasi Indonesia, PT Eco Karya Teknologi (Crustea), PT Venambak Kail Dipantara, PT Bumi Wirasatraya Sejahtera, CV Republik Vannamei, PT Aqubeta Dipo Jaya, PT Aditya Inovasi Makmur (FisTx). Antusiasme para pembudidaya terlihat jelas saat menyaksikan demo alat-alat yang dipamerkan, seperti kincir air, submersible pump, hingga aerator microbubble.
Kepala P3UW Lampung, Suratman, yang turut hadir juga menyampaikan harapannya atas acara ini, "Kami berharap acara ini dapat mendorong pembudidaya skala kecil di Tulang Bawang untuk lebih memanfaatkan teknologi,” ujarnya. “Dengan teknologi, produktivitas tambak dapat lebih meningkat sehingga memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah."
Ke depannya, Project Manager akan mengadakan satu road show terakhir di Tahun ke-4, yang akan dilaksanakan berdasarkan masukan dari para kompetitor dan jumlah petani di wilayah tersebut. Dengan melanjutkan road show, kompetitor dapat memperkuat relasi mereka sekaligus membangun koneksi dengan pembudidaya skala kecil, asosiasi pembudidaya, hingga penyuluh.